Hari minggu ini (30 Januari 2011), lagi-lagi penulis mendapat kesempatan untuk bertemu dengan beberapa teman di sebuah tempat nongkrong anak muda Kota Bandung. Tempat kita-kita yang ingin ngobrol lama dan nyaman walau cuma pesan satu jenis minuman untuk masing-masing pesertanya…
Hanya saja hari ini peserta ngobrol jadi sempat mengalami perubahan (tepatnya penambahan) dua kali hingga akhirnya bubar untuk melanjutkan aktivitas masing-masing..
Karena niat awalnya hanyalah silaturahim, ya yang dibicarakan menjadi sangat luas dan bervariasi. Mulai dari bertanya tentang kesibukan yang sedang digeluti tiap orang, perbincangan bergulir ke arah yang lebih serius. Pembicaraan mengenai penanganan kota, mula dari Jeddah yang banjir terus-terusan karena tidak adanya sistem drainase hingga masalah Bandung yang berubah dari salah satu kota terindah di dunia pada awal abad 20 menjadi kota tak berwajah di masa modem dan ponsel ini.
Tema pembicaraan terus berubah dengan dinamis, antara serius dan bercanda sehingga kepala tidak meledak karena banyaknya persoalan bangsa serta munculnya ide dan konsep-konsep untuk perbaikan kondisi Negara Indonesia tercinta ini..
Materi lengkap perbincangan generasi muda Indonesia ini tidak akan saya ungkapkan di sini. Selain ribet nulisnya, juga karena masalah HAKI yang perlu dipertimbangkan. Konsep-konsep besar yang terlalu prematur diekspose sering kali dipergunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi. Masih mending jika pengembangan konsep curian itu sesuai dengan arah yang ingin dituju sumber asli. Tapi lebih sering malah menjadi sumber kehancuran baru.
Bermula dari meja makan, sumpah pemuda terdeklarasi. Bermula dari meja makan, naskah proklamasi menandai kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman bangsa-bangsa asing. Nah.. kira-kira apa ya yang akan terbentuk dari meja makan yang ini?