Sabtu, 24 Oktober 2009

deklarasi capres dan cawapres 2024

Tak lama sejak menurunkan tulisan sebelumnya, vitri terlibat diskusi yang cukup menarik dengan seorang teman. Walau percakapan dilakukan via internet, ternyata terjadi suatu hal yang mengejutkan.

Percakapan dimulai dengan kekhawatiran teman tentang dampak sebuah rencana pembangunan yang akan segera dilakukan di daerahnya. Dengan pengetahuan yang masih sangat terbatas, vitri menanggapi dengan serius bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar, artinya harus dengan asas transparansi. Karena apapun itu harus disadari semua pihak, agar siap jika dampak yang mungkin terjadi pada akhirnya terjadi. (walah.. bahasa yang membingungkan. bolak balik ajah..)

Nah, dari percakapan tersebut, akhirnya vitri juga mengeluarkan uneg-uneg (apa ya bahasa Indonesianya? hmm.. keluh kesah nih). Vitri gemes juga melihat perkembangan bangsa yang makin hari makin mengkhawatirkan. Ga usah dibahaslah apa hal-hal tersebut. Cukup banyak-banyak baca koran, lihat tivi dan dengarin radio. khususnya berita yang berkaitan dengan kehidupan berkebangsaan deh.

Nah.. kemudian, dengan semangat untuk sama-sama berjuang memperbaiki kondisi bangsa dengan penuh semangat, Andi, si teman ini mengajukan usul bahwa perbaikan bisa dilakukan jika duduk di posisi penentu kebijakan. Nah, vitri nyamber deh, minta dukungan dari kawasan Timur Indonesia jika suatu saat vitri mengajukan diri jadi Capres Indonesia. Dan tahukah apa yang kemudian terjadi? Andi langsung melancarkan negosiasinya untuk melancarkan jalan jika dirinya dipasangkan sebagai Cawapres Indonesia. Cepat dan cerdik. hehehehe...

Wow..  tawaran menarik.

Akhirnya deklarasi pun terucap. Berjuang bersama, dengan dunianya masing-masing, walau dengan jarak yang jauh (si teman ini berada di Makasar sedangkan vitri kan warga Pekanbaru), untuk bertemu dan berjuang bersama sebagai Capres dan Cawapres 2024

Tanpa banyak basa-basi, tanpa pengumpulan massa politik (karena memang tidak punya), maka janji itupun diucapkan. Hal baik tidak perlu ditunda lebih lama. Yang penting berikutnya adalah bagaimana menjaga komitmen terhadap diri sendiri dan koalisi ini.

Tantangan pasti besar dan godaan sepanjang jalan selama 15 tahun mendatang juga pasti tak sedikit. Namun.. dimulai dari sekarang, dengan keteguhan hati, dengan restu Yang Maha Menguasai Segalanya, serta dengan dukungan ANDA SEKALIAN yang membaca posting ini, KENAPA TIDAK???

Hanya saya, Andi dan Allah yang tahu apakah koalisi ini akan langgeng hingga sampai waktunya kami maju ke pencalonan. 

Namun... ANDA juga akan dapat menentukan apakah KAMI akan dapat menduduki posisi penting dan berbeban sangat berat itu pada masanya nanti. 

Mumpung masih berpengalaman nol, bermassa nol dan target pencalonan yang masih cukup panjang, kami memiliki cukup waktu untuk saling memahami dan membangun koalisi yang dewasa dan solid.

Ikuti terus ya bagaimana deklarasi komitmen menuju INDONESIA LEBIH BAIK ini kami jalankan mulai sekarang.. Dan jangan sungkan ikut beri dukungan, pertanyaan, saran, atau apapun yang sekiranya dapat diberikan (maksudnya? hehehehe...)

Mobil Dinas lebih penting dari pada Pengembangan SDM?

Membaca berita tentang pengadaan mobil dinas untuk Ketua DPRD Prop Riau benar-benar membuatku geleng-geleng kepala.

Berita pertama menceritakan bahwa Ketua DPRD yang baru akan mendapatkan sebuah mobil mewah seharga 1,8 M. Melebihi anggaran pengembangan SDM yang 1,2 M. Dan walaupun kemudian di berita kedua diralat bahwa harga mobilnya cuma Rp. 1,6 M, teteeep kan lebih besar tuh dari anggaran pengembangan SDM-nya. Tambah lagi bayangan biaya pemeliharaan yang tentunya tidak sedikit. Kira-kira itu dana dari mana? tentunya dari negara yang notebene juga uang seluruh rakyat yang dikumpul-kumpul lewat yang namanya pajak, retribusi, iuran, dst..dst..  Wedewwww.... gemes banget jadinya.

Vitri setuju banget tuh dengan pendapatnya pengamat politik dari Universitas Riau, Andi Yusran, yang mengatakan bahwa seharusnya bisa ada penghematan besar-besaran. Selain itu juga perlu adanya ketentuan yang jelas mengenai status mobil dinas yang dikuasakan pada pada Anggota Dewan yang Terhormat tersebut.

Diluar alasan bahwa mobil dinas ini diperlukan untuk mengganti mobil dinas sebelumnya yang sudah berusia 10 tahun, pertanyaan besarnya adalah apakah harus yang seharga itu? Terus terang deh, dengan mobil seperti itu  yang bukan mobil segala medan yang ga takut kegores, apa bisa dibawa ke medan tempur mengunjungi para konstituen di daerah? (jangan-jangan ntar sopirnya jadi galak pisan kalo ada yg ga sengaja nyenggol tuh mobil karena bakal disuruh ganti rugi ama yang dikasih mobil. ribettttt). Lha terus kalo mau kunjungan ke daerah masih nambah biaya untuk sewa kendaraan segala medan, wedewwwww...

Gemesss... gregetan... rasanya harus berbuat sesuatu nih.. Ada yang bisa ngasih saran???

Rabu, 21 Oktober 2009

Oleh-oleh Ikutan Workshop

Hari ini ikut Workshop tentang pengembangan kelembagaan penataan ruang setelah terbitnya UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007.

Workshop yang merupakan kerja sama ITB (SAPPK) dengan Dirjen Penataan Ruang - PU ini sepertinya benar-benar mendadak. Kenapa bisa berpendapat seperti itu? Yaah.. selain karena beberapa pembicara memang menyebutkannya (hehehe), undangan yang baru diterima semalem (abis magrib dan lewat sms dari temen), sedikitnya peserta yang hadir turut memperkuat dugaan tadi. (tapi tentang minimnya peserta ini apakah mungkin karena tidak tertarik akan temanya? kalo memang ini yang terjadi maka... GAWAT!!!)

Sudahlah.. cukup tentang kesan awal.

Secara keseluruhan, bahasan tentang kelembagaan ini menarik karena berkaitan dengan bagaimana penyelenggaraan tata ruang di Indonesia akan dilaksanakan, baik dari sisi pelaku maupun organisasi yang menjadi wadah penyambung aspirasi semua stakeholder (ngingetin: kalo ada istilah yg rada aneh/ajaib/ga biasa, harap cari di google ^ ^ )

Yang menjadi menarik (paling engga menurutku) adalah membayangkan para pemikir dan pelaku kebijakan yang sudah "tobat" (ga mau lengkap2 karena nanti dikira memplagiat Pak Purnomo Sidhi) berjuang, berjumpalitan (nah ini lebayyy) untuk menyadarkan sisa stakeholder (yang ternyata sisa ini jauuuuh lebih besar jumlahnya daripada yang sadar) untuk ikut membenahi kelembagaan penataan ruang. 

Paling engga, ada beberapa hal yang kujadikan catetan:

1. Perencanaan tata ruang itu butuh informasi yang lengkap dan dapat dipertanggunjawabkan keabsahan sumber dan materinya. Pemahaman mengenai hal ini seharusnya benar-benar harus dipegang oleh semua pihak, tidak hanya ketika di bangku kuliah atau di kursus-kursus JFP (jabatan fungsional perencana).  Kalo pemahaman sudah, kan berikutnya tinggal kesadaran. Ingat bahwa modal dasar pembangunan itu salah satunya adal SDMM - Sumber Daya Manusia dan Mentalitas (pinjem istilahnya ya Vie)

2. Koordinasi sebagai hal pokok dalam menyukseskan operasional penyelenggaraan penataan ruang harus diperbaiki. Perlu ada aturan yang jelas mengenai lintas urusan serta wewenang hingga pedoman tingkatan peraturan yang berkaitan dengan perencanaan-pemanfaatan-pengendalian ruang. Kebayang ga sih satu petak tanah bisa bikin ribut karena aturan yang mengenainya bertubi-tubi bin bersilang alias ga satu suara? Ayo dong.. para sektoral manager.. jangan pake kaca mata kuda.. banyak yg cantik tuh di sekitar kita (duuh... koq melenceng nih)

3. Masyarakat sebagai partner aktif penyelenggaraan tata ruang perlu dijelaskan juga bagaimana caranya berpartisipasi. Kapan bisa langsung berpartisipasi dan kapan harus pasrah dengan wakil-wakil yang telah dipilih langsung (jadi inget nih.. untuk menggalang sosialisasi anti "beli kucing dalam karung" bagi wakil rakyat -- paling engga untuk pemilu berikutnya. atau ide lainnya adalah memasukkan mata kuliah "menuju panggung gemerlap" di sekolah PWK supaya planner juga bisa jadi artis -- jadi selanjutnya memudahkan jalan menuju senayan sebagai representasi rakyat, bukan hanya sebagai staf ahli wakil rakyat. hehehe)

4. Kelembagaan penataan ruang membutuhkan waktu untuk lengkap dan kuat, tapi walau begitu pergerakan untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik HARUS dimulai SAAT INI JUGA. Istilahnya Pak Id (bener ga sih panggilannya? Kalo salah, maaf ya Pak) : buat perahu sambil berlayar.. jadi begitu rakit udah terbuat lgs deh sauh diangkat (hmm rakit pake sauh juga ga sih?). Jadi dengan apa yang kita miliki sekarang ayo melangkah. Lengkapi dan perkuat sembari berjalan. (jadi inget kata2nya Dian-temen kuliah nih- perubahan butuh 50 tahun. yaah.. kalo gitu ya harus dimulai sekarang ya..)

Yah.. sebenarnya banyak lagi sih hal-hal yang dapat dijadikan catetan. Tapi sudahlah. Empat ini saja belum tentu hapal dan bisa kejadian dalam tempo sesingkat-singkatnya koq.

So.. ini deh oleh-oleh hari ini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa ikut acara serupa sehingga bisa dapet oleh-oleh lagi..