Sabtu, 22 Maret 2014

Megawati-Sukarno-Jokowi dan Saya




Agak susah menilai sosok Megawati. Entah apa yg ada di dalam pikirannya. Sayang saya tak pernah benar-benar mencari tahu soal beliau. Namun tampaknya sama halnya dengan menelisik isi pikiran Sukarno, ayahnya. Di kala dunia mengecam komunisme, beliau malah menyatukannya dalam suatu paham NASAKOM. Kalo sekarang ini beliau ngomong begitu, tak terbayang reaksi yg muncul di berbagai medsos. Lihatlah wanita2 yang dipilih menjadi pasangan atau dikaguminya. Semuanya dengan latar belakang berbeda-beda namun cinta pada negara yang sangat indah ini. Dan lihatlah hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. 

Tak semua sepaham dengannya, tapi tak menghalanginya untuk terus menjalin tali silaturahim. Karenanya ia tak rela anak bangsa terkotak-kotak dan terpecah. Kata salah satu guru saya, Sukarno adalah seorang nasionalis idealis. Ia sangat mencintai INDONESIA. Ia sangat mencintai BANGSA dan RAKYATnya. Ia membanggakan kebhinekaan yang ada karena ia pun lahir dari banyak budaya. 

Saya mungkin subjektif karena tulisan beliau adalah yang saya baca pertama kali. Saya bisa jadi tersihir karena suara pidatonya yang lantang yang sering diulang-ulang di telinga saya sewaktu kecil. Tapi menurut saya, beliau adalah panutan yang saya pegang dalam mencintai negeri tempat saya lahir, dibesarkan, dan mudah2an mati nanti.

Lalu Jokowi. Orang “biasa” yang tiba2 jadi fenomenal. Tak kenal langsung dan belum sempat membaca pengakuannya tentang perjalan hidup sehingga tak juga bisa banyak tahu isi pikirannya. Tapi yang ditangkap dari apa yang dilihat melalui media. Ekspresi wajahnya menunjukkan kesungguhan akan sesuatu. Lelah namun tak mau menyerah. Subjektif? Mungkin. Tapi biarlah

Sukarno-Megawati-Jokowi. Apapun isi kepala mereka, saya yakin ketiganya sangat CINTA pada INDONESIA.  

Pekanbaru, 22 Maret. Lagi2 di ruang makan rumah mama, 20.34 WIB

Tidak ada komentar: