Jumat, 18 Februari 2011

Kita Indonesia, Bukan Amerika, Eropa, Arab atau India

Beberapa waktu terakhir ini semua media massa menampilkan bagaimana rendahnya posisi warga negara di Indonesia.. Ketidak setujuan akan sesuatu diikuti dengan tindakan ekstrim dan anarkis berakhir korban jiwa..

Miris....

Ke mana rasa toleransi kita? Di mana rasa sayang sesama anak bangsa Indonesia?

Kita Indonesia, kawan... Bukan Amerika, Eropa, Arab, atau India.

Dari awal persatuan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, kita jelas-jelas tahu bahwa kita berbeda.. Tak satu bahasa, tak satu suku bangsa. Namun bertekad bersatu dalam satu bangsa, Bangsa Indonesia..

Toleransi adalah hal yang sangat indah, yang menjadi "brand" Indonesia di dunia. Orang berdatangan untuk belajar dari Indonesia, bagaimana dapat hidup berdampingan antar agama yang berbeda, budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, warna baju yang berbeda..

lalu....

Apa yang terjadi sekarang? sesama saudara saling pukul.. Sesama saudara saling lempar. Dan Astaga.... ada saudara yang bunuh saudaranya karena mereka berbeda..

Sedih....

Mudah-mudahan para pendahulu kita sudah tenang di alam sana. Karena kalau tidak, mereka akan menangis dan akibatnya Indonesia akan tenggelam oleh air mata mereka..

Ingat teman, KITA INI INDONESIA, bukan Amerika, Eropa, Arab atau India..

3 komentar:

aridha prassetya mengatakan...

Sudah demikian akut memang, karena "bhinneka tunggal ika", itu cuma tinggal cerita/dongeng.

Yang dapat kita lakukan sebagai seseorang yang diberi kesempatan untuk berdiri di depan generasi muda adalah "menyuntikkan kembali", bahwa saling menyayangi dan toletasnsi itu sangat penting.

Bahwa memaksakan kehendak/rasa ingin menguasai dg menunggalkan sebuah keyakinan adalah tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran manapun.

sayapun tidak mendapati keadaan yang makin lama makin penuh kasih antara sesama bangsa.

saya saksikan makin marak saja tindak-tanduk yang tanpa kasih, justru datang dari komunitas yang saya anut ajarannya.Ini menyedihkan saya.

apa yg dapat kita lakukan?

setidaknya, generasi yang kita temui di kelas setiap minggu itu, dapat kita selamatkan dari potensi timbulnya sebuah kesesatan ego.

salam bahagia.

Unknown mengatakan...

Setuju, Bu..
Sangat naif kalau hanya mengandalkan tulisan-tulisan seperti yang saya buat ini untuk dapat menggerakkan seluruh anak bangsa untuk ingat lagi pada hakikat kebangsaannya..

Jadi secara pribadi vitri berusaha bergerak dari lingkup yang paling kecil, dan mudah-mudahan akan terus membesar, menggema ke seluruh negeri.

Sebagai umat agama terbesar di negeri ini, kadang vitri miris melihat bagaimana umat seperti diobang-ambingkan beberapa pemimpinnya.

Mudah-mudahan apa yang vitri, ibu Aridha serta teman2 lain kerjakan di lapangan dapat pelan-pelan merukunkan bangsa Indonesia

Unknown mengatakan...

Tulisan ini sedikit saya edit (lebih tepatnya nambah dikit). Jika awalnya cuma menyebutkan "Kita Indonesia, Buka Amerika, Eropa, atau Arab", akibat ngobrol-ngobrol offline dengan beberapa teman, akhirnya saya tambahkan India di belakangnya.

Kenapa?

Karena kami yang ngobrol saat itu sangat setuju bahwa sebagian besar sinetron yang beredar di berbagai televisi swasta saat ini (yang notebene diproduseri oleh pihak-pihak yang memiliki akar budaya tertentu) sangatlah tidak mendidik dan cenderung menyesatkan.
Akibatnya yang ada bukanlah pencerdasan bangsa, yang terjadi adalah pembodohan publik Indonesia..

So, jadilah judul dan beberapa kalimat di blog ini saya tambahkan.

Bukan bermaksud SARA atau mendeskedritkan budaya asing karena budaya-budaya itu juga yang membentuk budaya yang berkembang di Indonesia saat ini. Tapi seharusnya kita lebih bijak dalam menghadapinya, bukan mentah-mentah menerima atau menolaknya.

Salam hangat..