Rabu, 23 Mei 2018

Surat Terbuka untuk Presiden

Surat Terbuka untuk Presiden..

Yang Terhormat,
Bapak Joko Widodo
Selaku Presiden Republik Indonesia

Pertama-tama, saya mendoakan agar Bapak dalam keadaan baik, sehat serta bahagia dalam berkah Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya, izinkan saya memperkenalkan diri dan maksud ditulisnya surat terbuka ini.
Saya, Vitria Sushanti, adalah salah satu pegawai negeri sipil daerah, yang saat ini disebut sebagai aparatur sipil negara (ASN), sudah bertugas di Pemerintah Kota Pekanbaru sejak awal tahun 2002. Selama lebih dari 15 tahun bertugas, saya akui saya belumlah merupakan ASN yang baik dan benar-benar taat dan disiplin. Namun.. Terlepas dari kekurangan dan kelemahan saya, satu yang tetap saya pegang teguh adalah keinginan saya sebagai seorang warga negara yang diberi kesempatan mengabdi pada negerinya, untuk dapat berbuat semampunya bagi bangsa dan negara yang sangat saya cintai ini.

Sebagai ASN, saya memulai tugas di pemerintahan berbekal ilmu perencanaan wilayah dan  kota, atau yang lebih kerennya dikenal dengan sebutan sarjana planologi. Ilmu ini membawa saya kepada begitu banyak pengalaman dan keinginan besar untuk perbaiki kondisi bangsa. Atau minimal daerah tempat saya tinggal, Kota Pekanbaru dan Propinsi Riau.

Saya sangat berterima kasih pada dua tokoh yang mewawancarai saya sewaktu seleksi cpns 2001 lalu, yang telah percaya pada saya hingga merekomendasikan saya sebagai cpns saat itu. Keduanya, yang saat itu adalah Wakil Walikota Pekanbaru dan Kepala Dinas Tata Kota Pekanbaru, telah sama-sama berpulang, adalah guru dan mentor saya selama bertugas dan mengembangkan diri, baik dalam lingkungan kerja kedinasan maupun organisasi profesi perencanaan wilayah dan kota, yang lebih dikenal sebagai Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Propinsi Riau. Mereka berdua pula yang menuliskan rekomendasi bagi saya saat mendaftarkan diri sebagai mahasiswa S2 MPWK-ITB program beasiswa Bappenas pada tahun 2008 yang dengan sangat menyesal tidak berhasil saya selesaikan. Mereka pula yang lalu terus membesarkan hati saya dan meyakinkan bahwa gelar S2 bukan segalanya. Yang penting keinginan untuk terus berkarya bagi daerah dan negara.

Dan berdasar latar belakang itulah saya menulis surat ini. Surat yang sebenarnya sudah saya coba buat di fasilitas pesan facebook, namun entah kenapa, hilang tanpa bekas sebelum sempat saya klik send. Surat ini mengenai kekhawatiran saya pada kepedulian negara, dalam hal ini utamanya adalah pemerintah dan pemerintah daerah, pada maksud, tujuan, dan fungsi penataan ruang.

Harus diakui, perencanaan tata ruang bukanlah hal asing di Indonesia. ITB dan UNISBA adalah perguruan tinggi negeri dan swasta yang paling senior dalam mencetak lulusan dan praktisi perencana wilayah dan kota untuk Indonesia. Di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan wilayah dan kota menjadi salah satu tugas utama, berada dalam kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum (dulu) dan Kementerian Agraria dan Penataan Ruang (sekarang).

Saya akui saya sangat berharap banyak pada saat awal masa pemerintahan Bapak Presiden, saat Direktorat Penataan Ruang (Wilayah dan Kota) dipindah dari PU ke Agraria. Saya rasa saya dapat memahaminya dan sangat menyetujui keputusan tersebut. Kenapa? Karena perencanaan ruang wilayah desa dan kota, Nasional sampai Kecamatan, bahkan kawasan-kawasan khusus, sangat tergantung pada kelayakan dan ketersediaan lahan. Dengan maraknya masalah konflik agraria, saya merasa yakin Bapak Presiden dan tim saat itu juga berpikiran serupa. Ingin menyelesaikan konflik dengan perencanaan yang tepat dan hendak menghasilkan dokumen perencanaan yang efektif dengan legalitas lahan yang jelas.

Namun.. Hingga 3,5 tahun perjalanan pemerintahan yang Bapak Presiden pimpin, saya justru melihat penurunan drastis kualitas kepedulian terhadap perencanaan wilayah dan kota. Dokumen-dokumen disusun hanya untuk memenuhi persyaratan administrasi perencanaan pembangunan. Dirjen Penataan Ruang malah terkesan tenggelam, sementara Kementerian ATR disibukkan dengan penerbitan jutaan sertifikat gratis di seluruh negeri.

Jangan salah, Pak. Saya tidak menganggap penerbitan sertifikat tanah masyarakat itu salah. Itu benar-benar melegakan. Karena saya tahu betul bahwa sertifikasi lahan di Indonesia adalah tugas teman-teman yang berdinas di Kementerian Agraria (dulu Badan Pertanahan Nasional). Saya pernah mengikuti workshop tentang hal ini, tak lama setelah peristiwa Tsunami Aceh, yang mengamanatkan dan menugaskan BPN saat itu utk mendata dan memfasilitasi penerbitan surat tanah untuk seluruh negeri. Betapa melegakan.. Walau harus menunggu belasan tahun sebelum akhirnya teman-teman BPN terlihat kinerja utamanya.

Namun... Pendataan tanah hak dan sertifikasinya hanyalah bagian kecil dari sistem tugas yang seharusnya diemban dan dilaksanakan oleh Kementerian ATR. Konflik agraria masih terus terjadi. Serobot tanah masih terjadi. Sulitnya pembangunan infrastruktur karena "tak relanya" masyarakat pemegang hak masih sering terjadi. Dan yang mirisnya, saya tak melihat kiprah teman-teman Penataan Ruang dalam sistem kerja ini.

Apa yang terjadi, pak? Bukannya makin bergas, sub lembaga yang saat saya dulu masih aktif bertugas di penataan ruang Kota Pekanbaru (saat ini saya bertugas di bidang perumahan permukiman), sering menjadi tempat saya berdiskusi dan berkonsultasi, tak terdengar lagi. Mereka malah menjadi, maaf, mandul.
Kinerjanya tersalib teman-teman bidang ekonomi, yang maaf kata, suka sekali bermain di angka agregat tanpa benar-benar peduli bagaimana angka-angka itu berasal dan bercerita.

Padahal.. Saya tahu dan yakin benar bahwa tata ruang adalah landasan bagi pelaksanaan pembangunan. Tata ruang adalah roh dari pembangunan. Yang menjadi dasar terpenting pengambilan keputusan tahapan dan prioritas anggaran belanja negara dan daerah. Kenapa? Karena dalam dokumen perencanaan tata ruang yang baik akan menggambarkan hubungan antara sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya modal. Artinya, dinamika ketiga elemen besar ini yang menjadi dasar penetapan struktur dan fungsi ruang. Yang menjadi dasar menetapkan kawasan pertanian abadi, baik sebaran, luasan dan jenis komoditi yang paling cocok. Yang juga menjadi landasan pikir dan penetapan jaringan baru rel kereta api cepat atau double track. Yang menjadi landasan penetapak kawasan permukiman berimbang, baik untuk strata kemampuan ekonomi maupun keragaman agama, etnis dan budaya.

Jika perencanaan tata ruang menjadi pemikiran dasar, dan dilaksanakan dengan baik dan sepenuh hati, saya percaya, Indonesia yang adil, Indonesia yang aman, Indonesia yang ramah, dan Indonesia yang memimpin dunia, akan lebih mudah dan cepat terwujud.

Demikian surat ini saya susun dan publikasi. Untuk dapat menjadi perhatian Bapak Presiden dan seluruh bangsa Indonesia, di momen bulan suci Ramadhan, agar perpecahan yang sepertinya sedang akan terjadi, tidak akan terjadi. Dan semua anak bangsa akan bekerja sama dengan rela, membangun negerinya, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bersinergi, bukannya malah berdebat tunjukkan kehebatan seorang diri.

Malam Ramadhan malam yang suci,
Anak-anak riuh rendah sama-sama mengaji,
Indonesia adalah bangsa yang sangat kami cintai,
Keringat dan darah kan rela tumpah demi pastikan negara ini tetap berdiri.

Pekanbaru, di ruang tipi, ditemani footsie, jelang dini hari
23 Mei 2018. 00.30 Wib

Tidak ada komentar: